Dan hanya untuk Dia♥ ♥ ♥
Panas terik matahari membuat orang-orang mengucurkan keringat. Siang itu memang sangat panas terlihat awan-awan putih yang bentuknya seperti bulu-bulu domba. Jalan-jalan terlihat begitu gersang. Patamorgana pun terlihat di ujung jalan. Ditambah suara kendaraan yang dapat memecahkan telinga dengan asapnya yang berwarna hitam yang hanya menambah polusi di kota itu. Sesekali terdengar teriakan kenek dengan suara yang lantang berteriak untuk menawarkan para penumpang. Terlihat juga anak kecil yang sedang meminta-minta dan ada juga yang sedang mencari barang-barang atau botol minuman bekas di pinggir jalan untuk dijual. Pedagang kecil dan anak punk jalanan yang sedang asyik memainkan kentrungnya itu pun ikut memeriahkan suasana. Begitulah suasana di kota tempat Danny tinggal. Sesudah mobil yang menjemput teman sekelasnya itu tak terlihat lagi. Dan berjalan menuju warung kecil yang tidak jauh dari tempat dia berdiri di depan sekolahnya. Rasa haus dan lelah sudah terasa baginya setelah mendapatkan pelajaran di sekolah. Dan mengambil segelas aqua sambil mengeluarkan uang receh dari sakunya. Tanpa basa-basi Dan langsung meminumnya. Sesaat dia merasakan kesegaran di kerongkongannya. Angin yang berhembus pun menghilangkan rasa gerahnya.
“Gadis yang tadi pacar lu jang..?” tukang warung itu bertanya kepadanya. Dan yang sedang minum itu sempat tersedak. “hh.. dia itu teman gue mas.” Dengan memalingkan wajahnya Dan menjawab.
“Ohh saya kira… tapi tampaknya lu merhatiin dia banget” tukang warung itu menggoda Dani.
“karena dia orang yang menarik, sejak pertama kali gue kenal, gue udah tau kalo dia itu beda dari yang lain.” Jawab Dan sesaat dia pergi meninggalkan warung tersebut. kemudian Dan segera menaiki metro mini yang menuju arah rumahnya.
Dan memang selalu bersama gadis itu sejak Reyna teman sebangku gadis itu mengenalkannya pada Dan. Reyna adalah sahabat Dan sejak kecil. Seorang yang riang dan selalu membuat Dan tertawa bersamanya. Reyna mengenalkan gadis itu kepada Dan. Itu juga karena Dan ingin sekali berkenalan dengannya dan memaksa Reyna untuk mengenalkannya padanya sejak pertama kali gadis itu pindah dari sekolahnya di Makasar dan bersekolah di Jakarta. Kira-kira sudah sebulan yang lalu gadis itu bersekolah disana. Gadis itu duduk di sebelah Reyna yang tidak jauh dari tempat duduk Dan yang hanya berjarak dua meja di belakangnya. Dalam bis Dan hanya memandangi jalan. Sesekali bis itu berhenti untuk menawarkan penumpang yang menyadarkan lamunan Dan karena seringkali bis itu mengerem mendadak. Pak sopir pun dengan sabar menunggu penumpang yang naik, kenek terus berteriak untuk menawarkan para penumpang itu. namun sering kali para penumpang mengangkat tangannya atau menggelengkan kepala dengan memberi tanda bahwa mereka tidak ingin naik atau mereka hanya sekedar lewat untuk menyeberang jalan. Memang sangat sedikit penumpang yang ingin menaiki angkutan tersebut. Dilihat dari keamanannya yang terkadang para pencopet melakukan aksinya. Tidak jarang memang para penumpang kehilangan uang atau handpone. Selain itu angkutan tersebut terlihat sudah tua sekali. Lebih sering mereka naik taxi karena lebih praktis dan mengantarnya langsung sampai ketempat tujuan tanpa harus repot berdesak-desakan. Berbeda dengan anak-anak muda yang lebih menyukai angkutan ini karena dinilai lebih murah ongkosnya.
Seandainya aku punya keberanian untuk mengatakan semua… mengatakan yang sebenarnya… akankah mungkin aku merasa gelisah seperti ini… Ya Allah aku sangat menyukainya… aku menyayanginya… aku sangat mencintainya… Engkau yang telah menciptakan dirinya begitu indah… aku ingin bersamanya untuk selamanya… hanya kepadaMu aku memohon… hanya kepadaMu aku meminta karena sesungguhnya dia adalah milikMu Ya Allah…
Dan selalu bergumam dalam hatinya. Seperti itulah perasaan Dan kepada gadis itu. Gadis yang setiap hari pulang bersamanya itu. Gadis yang baik. Gadis yang pendiam. Seseorang yang selalu ingin dilindunginya. Seorang yang membuat dirinya selalu bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Sayangnya Dan tidak pernah berani mengungkapkan isi hatinya dan berpikir untuk menyimpan perasaannya itu. Di balik itu Dan tau bahwa gadis itu telah memiliki kekasih. Yuna Rydia Ervy. Gadis yang baik. Seseorang yang meluluhkan hati Dan. Seseorang yang membuat dirinya kuat. Seseorang yang mampu membuat hatinya selalu bahagia. Sungguh Dan sangat berterima kasih kepada tuhan karena dia telah dipertemukan oleh gadis itu.
“Turun dimana mas…?” si kenek itu mengagetkan Dan yang sedang melamun sambil melempar-lemparkan uang recehan di tangannya itu yang membuat suara-suara gemericik. Dan segera mengeluarkan uangnya.
“di jalan Wijaya…” jawab Dan yang merasa sedikit risih karena dipanggil seperti itu.
Setelah sampai Dan segera turun lalu berjalan dari gang yang tidak jauh dari rumahnya itu. Dan terus berjalan seolah-olah panas matahari tak terasa lagi baginya. Sepanjang jalan Dan memikirkan gadis pujaannya itu. Sesekali kakinya tersandung batu yang menyadarkan dia kembali terbangun dari lamunannya itu. Tak jarang juga klaxon kendaraan mengagetkannya dan si pengendara yang berteriak “ gak punya mata ya..!” tapi Dan menghiraukannya. Dan tidak peduli, dia hanya memikirkan Dia. Saat ini hanya Dia yang ada di hatinya.
***
Bel istirahat baru saja berbunyi. Siswa siswi berteriak senang. Ada yang berlari keluar kelas dengan penuh semangat lalu terpeleset di depan pintu. Hal itu menyebabkan seisi kelas tertawa. Ada yang masih menyalin catatan. Hanya anak-anak rajin yang seperti itu. Tapi tampaknya posisi Dan masih belum berubah pada tempat duduknya. Sorot matanya pun demikian. Dan masih memandangi Dia di depannya yang sedang beres-beres hendak ke kantin bersama Reyna.
“wooy!!! Bangun!! ngeliatin siapa sihh lo.. Serius amat!” Derry teman sebangkunya itu mengejutkannya. Reyna dan Dia pun melihat ke belakang karena teriakkan Derry terdengar cukup keras. Mereka hanya tersenyum kepada Dan. Dan sempat panik sesaat lalu memukul kepala Derry. Wajahnya memerah.
“Dan mau ikut kekantin ngga?” Tanya Reyna sambil tersenyum kepada Dan.
“iya tunggu sebentar.” Dan segera membereskan buku-bukunya.
Sayangnya Dan tidak pernah membalas senyuman Reyna. Sikapnya yang biasa-biasa saja seringkali membuat Reyna kesal. Tapi memang sejak kecil sikapnya seperti itu. Reyna pun juga sudah mengetahuinya. Sebenarnya ada sesuatu yang tersembunyi di hati Reyna. Sebuah perasaan yang terpendam tetapi begitu besar kekuatannya. Reyna selalu membuat hati Dan bahagia. Dia melakukan apapun untuknya. Termasuk saat Dan ingin berkenalan dengan Dia dan memaksanyanya. Sebenarnya ada rasa kecewa di dalam hatinya. Tapi Reyna selalu melakukan yang terbaik buat Dan. Dia tidak pernah membuat sahabatnya kecewa. Dan tidak mencatat sedikitpun pelajaran saat itu. Karena Dan hanya memperhatikan gadis yang dianggapnya tuan putri di kelasnya itu selama pelajaran. Dia hanya tersenyum melihat buku-buku Dan yang masih terlihat bersih itu alias kosong. Dan berjalan menuju kantin bersama Reyna dan juga Dia. Ingin hatinya mengatakan sesuatu tetapi itu sangat sulit baginya. Dan hanya memandangi Dia tanpa sepengetahuan darinya. Dan ingin berkata tapi tak bisa. Entah kenapa itu sangat sulit baginya. Dan merasakan kekacauan dalam dirinya. Hatinya bergemuruh. Pikirannya berantakan. Dan meluap-luap. Ingin rasanya dia mengeluarkan semuanya. Semua isi hatinya. Mengeluarkan beban yang selama ini dia pendam. Dan ingin berteriak. Berteriak sekencang-kencangnya. Dan ingin seluruh dunia tau bahwa dia sangat mencintai Dia. Tapi kenapa. Kenapa semua itu tak bisa dilakukannya. Apa yang membuatnya tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun di depan gadis itu. Dan tidak ingin berpisah dengan gadis itu karena jika dia mengatakannya, Dan takut kehilangan sahabatnya itu. Sahabat yang sangat dia kasihi. Betapa Dan sangat menjaga perasaannya itu.
***
Suara anak-anak begitu ramai terdengar di kantin sekolah. Kantin itu memang selalu menjadi tempat favorit saat bel istirahat berbunyi. Walaupun kantin tersebut terlihat bersih. Tetap saja ada banyak siswa yang membuang sampahnya sembarangan. Ada juga siswa yang berkumpul di pojok kantin yang biasa setiap hari mereka tempati itu. Sepertinya tempat itu sudah menjadi markas mereka. Asap rokok bergerumul disana. Padahal mereka sering tertangkap guru pada saat merokok. Mereka adalah siswa yang sering membuat onar disekolah. Mereka juga sering memalak adik kelasnya. Sementara itu Reyna dan Dia sedang duduk tak jauh dari sana.
“Rey boleh gue cerita sesuatu?” Tanya Dia kepada Reyna.
“mau cerita apa…?” Reyna menatap Dia.
“ini tentang Danny… sejak pertama kali gue bertemu dia begitu perhatian sama gue Rey… tapi kan lo tau kalo gue udah punya cowo dan gue sangat menyayanginya lagipula Danny juga tau soal itu.’’ Dia berkata kepada Reyna.
“perhatian gimana maksudnya..?” Reyna sedikit penasaran.
“iya… dia tuh sekarang sering nolongin gue dalam hal apapun. Dia selalu berada di dekat gue dan selalu mencoba untuk menghibur gue. Tatapan matanya pun berbeda dengan yang dulu. Sekarang dia lembut banget dan ngga pernah pengen ngecewain gue sedikitpun. Aahhhh… pokoknya beda dehhh!! Dia itu perhatian banget sama gue sekarang Rey.” Dia menjelaskan kepada Reyna.
“terus apa hal itu membuat lo terganggu?” Tanya Reyna.
“ya jelas Rey.. sekarang kan gue masih punya Rony, pacar gue yang di makasar yang masih sayang banget sama gue. Gue gak tau harus berbuat apa Rey. Lo tau waktu kita bercanda dan gue mecahin vase kesayangan bu Evy. Danny bertanggung jawab atas itu semua dan menerima hukumannya. Pas gue ngga di jemput saat pulang sekolah, Dan yang bersedia nganterin gue sampai rumah meskipun setelah nganterin gue dia nyasar karena ngga tau jalan pulang. Saat itu juga Dan sempat ribut ngelawan preman yang malakin dia, sampe dia harus pulang malam dengan banyak luka di mukanya. Satu lagi, waktu gue ulang tahun empat hari yang lalu. Saat itu Dan ngga masuk sekolah karena sakit kan? Gue kira Dan ngga dateng, sampe pesta ulang tahun selesai juga ngga keliatan tuh anak. Tapi dia sempat dateng saat malam hari dengan memberikan hadiah. Padahal waktu itu hujan banget dan dia datang dengan pakaian yang basah kuyup sambil bilang “sorry ya gue telat… soalnya badan gue baru baikan sekarang.” Dia Cuma senyum dan langsung pergi. Gue ngga bisa ngomong apa-apa saat itu. Gue khawatir kalo nanti pada akhirnya gue malah nyakitin sahabat baik gue itu.” Dia berkata kepada Reyna.
Reyna hanya terdiam mendengarkan sahabatnya itu bicara. Hingga bel tanda masuk pun berbunyi. Yang mengejutkan kediaman mereka. Mereka pun segera beranjak dari tempat duduknya.
***
Matahari hampir tergelincir (untung ga jatoh hihihi) di sebelah barat. Saat itu Dan masih belum pulang kerumahnya. Dan masih tetap berdiri di depan sebuah danau. Apa yang laki-laki itu pikirkan. Percakapan itu masih berdengung di telinganya. Percakapan Reyna dan Dia di kantin tadi siang. Tak disengaja Dan harus mendengar semua itu. Sungguh hal yang tak pernah dia duga sebelumnya. Dan memejamkan matanya. Perlahan Dan menghembuskan nafasnya. Laki-laki itu mencoba merasakan keindahan yang tersisa dalam hidupnya.
Masihkah ada kebahagiaan untukku Ya Allah… aku sudah mencoba melakukan yang terbaik untuknya… tapi kenapa dia hanya menganggapku sebagai sahabat… apakah memang mustahil aku bisa memiliki dia… hanya Engkau yang memiliki jawabannya…
Benaknya terus berkata. Dan memohon. Dan berdoa. Dan membuka matanya perlahan. Dan kembali merasakan. Pemandangan yang indah menjadi panorama sore itu. Hatinya puas. Dia seperti diberikan kekuatan oleh alam. CiptaanNya-lah yang selalu membangkitkan Dan kembali. Dan bersyukur masih bisa melihat itu semua. Walaupun tiada bisa melihat cinta darinya.
***
Sejak saat itu sikapnya berubah. Dan semakin jauh dengan Dia. Tapi perasaan Dan masih sama seperti yang dulu. Mereka tidak lagi berjalan bersama. Dia pun merasa khawatir kepada Dan. Dia merindukan sosok Dan yang dulu. Sosok yang selalu ada disampingnya dan siap membantunya. Hingga hari itu pun tiba. Hari dimana mereka menyatakan perasaannya. Saat itu hujan lebat setelah bel pulang berbunyi. Awan semakin gelap. Angin kencang pun datang bersamaan dengan cahaya kilat. Dia ingin mengatakan sesuatu kepada Dan. Sesuatu yang dia sembunyikan dari Dan.
“Dan ada sesuatu yang pengen gue omongin sama lo” suaranya terdengar lirih.
“apa?” jawab Dan dengan tatapannya yang bijak.
“sori Dan kalo selama ini gue ngecewain lo… gue tau kalo lo itu cinta banget sama gue,, tapi gue ngga pernah nganggep lo lebih dari sekedar teman… walaupun lo belum bilang ke gue,, tapi lo udah ngeliatin ke gue dengan cara lo sendiri,, dan lo juga udah nunjukin sebuah kebenaran lewat semua sikap lo ke gue… selama ini lo udah sabar ngadepin diri gue. ” matanya berkaca-kaca perlahan air mata membasahi kedua pipi gadis itu.
“kenapa lo nangis…? Gue emang cinta sama lo… untuk semua ini… sebisa mungkin gue ngelakuin sesuatu yang terbaik buat lo… lo ngga perlu minta maaf karena lo ngga ngelakuin kesalahan apapun… udahan dong nagisnya..” Dan menghapus air mata gadis itu.
“gue ngga bisa bohong lebih dari ini… gue juga cinta sama lo… gue ngga mau lo jauh dari gue walau itu Cuma sebentar… gue terpaksa nyimpen perasaan gue,, karena sejak lama gue tau kalo Reyna juga punya perasaan yang sama kayak perasaan kita… setiap malam dia nangis di kamarnya… dia nangis karena lo cuma perhatian sama gue… gue ngga mungkin nyatain semua perasaan ini sama lo… karena itu cuma akan membuat sahabat gue sakit… tapi udah saatnya gue nyatain semua ini… karena mungkin besok kita udah gak bisa ketemu lagi Dan… sori kalo gue baru ngomong sekarang.. selama ini selalu ada pemisah yang buat kita ngga bisa sedekat ini… besok,, gue harus balik ke Makasar… gue akan menetap disana.” Dia berkata kepada Dan. Tangisnya semakin tak tertahan.
Suasana pun menjadi sunyi. Suara petir tidak terdengar lagi oleh mereka. Udara yang dingin pun tak terasa baginya. Mereka hanya bertatapan. Tak peduli sekeliling mereka. Diam membisu. Mereka terbawa dalam perasaannya masing-masing. Beberapa saat kemudian suara klaxon mobil terdengar berkali-kali. Seseorang dari dalam mobil keluar membawa payung dan menjemput Dia. Dia pun pergi meninggalkan Dan yang masih duduk termenung. Dan menatap Dia dari kejauhan. Dia pun masuk ke dalam mobil lalu tersenyum kepada Dan. Mungkin itu senyuman terakhir yang dilihat Dan. Saat itu Dan berlari tak peduli hujan membasahi tubuhnya. Mobil yang ditumpangi Dia mulai melaju perlahan. Dan terus berlari. Sempat Dan terjatuh lalu kemudian berdiri lagi. Dan terus berlari menuju mobil itu. Namun mobil itu sudah melaju sangat jauh. Dan dengan keras berteriak “Dia gue cinta sama loooo!!!!” suara hujan dan petir menghapus teriakannya. Dan berhenti di tengah jalan. Kenapa disaat terakhir dia baru mengatakannya. Dan terus memandangi mobil yang di tumpangi gadis itu. Semakin lama semakin tak terlihat olehnya dan lenyap dari pandangan terhalang oleh lebatnya hujan. Dan sangat menyesal. Dan menundukan kepalanya. Dan melihat air hujan yang membasahi pijakannya. Perlahan air matanya jatuh. Dan terus berjalan. Pikirannya berantakan. Perasaannya hancur. Hatinya sakit. Batinnya kesal. Dia terus berjalan. Semuanya terasa tak berarti lagi baginya. Hanya penyesalan yang tersisa dalam hatinya. Dan terus berjalan. Tak peduli lagi air hujan yang menampar wajahnya. Tak tertahan lagi hatinya hingga dia tak merasakan apa-apa. Dan tidak sadar seorang gadis di belakangnya mengikutinya. Dia terus berjalan tanpa sadar. Hingga Seberkas cahaya menyilaukan matanya. Semakin cepat dan semakin mendekat. Terus mendekat dengan cepatnya. Terdengar teriakan gadis di belakangnya. Dan mengenali suara itu. Suara sahabatnya. Sahabatnya sejak kecil yang selalu ada untuknya. Saat itu Dan memejamkan matanya. Seketika Dan terhempas ke jalan. Sebuah mobil baru saja menabraknya. Dan tak sadarkan diri. Seluruh tubuhnya tak bisa di gerakkan. Dan melihat langit. Air hujan terus membasahi tubuhnya. Matanya kabur. Warna merah pun keluar dari mulutnya. Suara dan sentuhan hujan tak terasa lagi baginya. Pandangannya semakin redup. Dan melihat sahabatnya. Pandangannya samar-samar. Dan hanya bisa tersenyum kepadanya. Gadis itu terus menangis di hadapannya. Gadis itu membawa Dan pada pangkuannya. Sampai Dan menghembuskan nafas terakhirnya dan memejamkan matanya. Hanya sebuah senyuman yang terlihat dalam hatinya.
Dear Danny,
“maaf Dan aku baru sempat menulis surat ini… bagaimana kabarmu disana? Oiya bagaimana dengan Reyna? Aku harap kalian baik-baik saja disana dan semoga kalian selalu bahagia… aku disini baik-baik saja. Sekarang aku bekerja di perusahaan ayahku. Kamu sedang sibuk apa sekarang?... sudah empat tahun kita ngga ketemu… aku sangat kangen kalian… aku akan selalu mengingat persahabatan kita untuk selamanya… semoga kamu juga selalu mengingatnya Dan…”
Sahabatmu, Yuna Rydia Ervy.
Untuk sahabatku yang selalu menyemangati. Arie Candra Wijaya, Tangerang 6 agustus 2010