Jalan hidupku dituliskan dengan aksara sepi dalam buku panduan takdir. Aku melihat, kata-kata sepi, sendiri, dan terasing mencakup hampir seluruh buku takdirku. Tuhan menuliskannya dengan santai, seperti sedang melukis, dengan senyum; memberi aku takdir kesepian.
Aku pun tersenyum. Pernah aku bertanya, seperti seorang anak lugu nan polos. “Apa itu sendirian Tuhan?”
Tuhan mendekapku, membelai rambutku pelan lantas bersuara lembut, “sendiri adalah ketika engkau tidak bersama seorangpun.”
“Mengapa aku tidak ditakdirkan untuk bersama seseorang?” tanyaku.
“Karena Aku ingin engkau terus bersama-Ku”